Di dalam ramalan Ronggowarsito dipaparkan ada tujuh satrio piningit yang akan muncul sebagai tokoh yang dikemudian hari akan memerintah atau memimpin wilayah seluas wilayah “bekas” kerajaan Majapahit , yaitu : Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu.
Selain masing-masing satrio itu menjadi ciri-ciri dari masing-masing pemimpin NKRI pada setiap masanya (seperti yang tertulis di dalam Surat Terbuka kepada SBY), ternyata tujuh satrio piningit itu melambangkan tujuh sifat yang menyatu di dalam diri seorang pandhita yang telah kita tahu adalah Putra Betara Indra = Waliyullah = Pemuda Gembala (budak angon) seperti telah diungkap di atas. Sifat-sifat itu bisa kita urai sbb :
- Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro
melambangkan orang yang sepanjang hidupnya terpenjara namun namanya harum mewangi. Sifat ini hanya dimiliki oleh orang yang telah menguasai Artadaya (ma’rifat sebenar-benar ma’rifat). Diberikan anugerah kewaskitaan atau kesaktian oleh Allah SWT, namun tidak pernah menampakkan kesaktiannya itu. Jadi sifat ini melambangkan orang berilmu yang amat sangat tawadhu’. - Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar
melambangkan orang yang kaya akan ilmu dan berwibawa, namun hidupnya kesandung kesampar, artinya penderitaan dan pengorbanan telah menjadi teman hidupnya yang setia. Tidak terkecuali fitnah dan caci maki selalu menyertainya. Semua itu dihadapinya dengan penuh kesabaran, ikhlas dan tawakal. - Satrio Jinumput Sumelo Atur
melambangkan orang yang terpilih oleh Allah SWT guna melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjalankan missi-Nya. Hal ini dibuktikan dengan pemberian anugerah-Nya berupa ilmu laduni kepada orang tersebut. - Satrio Lelono Topo Ngrame
melambangkan orang yang sepanjang hidupnya melakukan perjalanan spiritual dengan melakukan tasawuf hidup (tapaning ngaurip). Bersikap zuhud dan selalu membantu (tetulung) kepada orang-orang yang dirundung kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya. - Satrio Hamong Tuwuh
melambangkan orang yang memiliki dan membawa kharisma leluhur suci serta memiliki tuah karena itu selalu mendapatkan pengayoman dan petunjuk dari Allah SWT. Dalam budaya Jawa orang tersebut biasanya ditandai dengan wasilah memegang pusaka tertentu sebagai perlambangnya. - Satrio Boyong Pambukaning Gapuro
melambangkan orang yang melakukan hijrah dari suatu tempat ke tempat lain yang diberkahi Allah SWT atas petunjuk-Nya. Hakekat hijrah ini adalah sebagai perlambang diri menuju pada kesempurnaan hidup (kasampurnaning ngaurip). Dalam kaitan ini maka tempat yang ditunjuk itu adalah Lebak Cawéné = Gunung Perahu = Semarang Tembayat. - Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu
melambangkan orang yang memiliki enam sifat di atas. Sehingga orang tersebut digambarkan sebagai seorang pandhita atau alim ulama yang selalu mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Maka hakekat Satrio Pinandhito Sinisihan Wahyu adalah utusan Allah SWT atau bisa dikatakan seorang aulia (waliyullah).
KESIMPULAN SEMENTARA
Dari apa yang telah saya ungkapkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sementara sebagai berikut :
- Satrio Piningit Pinandhita Sinisihan Wahyu yang diungkapkan oleh R.Ng. Ronggowarsito (1802 – 1873) adalah Pemuda Gembala (budak angon) yang dikatakan oleh Prabu Siliwangi (1482 – 1521) di dalam wangsitnya, juga adalah Putra Betara Indra (waliyullah) seperti yang telah ditulis oleh Joyoboyo (1135 – 1157). Dengan tafsir warisan karya leluhur tersebut di atas, dapat digambarkan bahwa seseorang yang dikatakan Satrio Pinandhita itu adalah orang Islam berdarah sunda namun menguasai dan memegang teguh kawruh (ajaran/ilmu) Jawa. Dan orang tersebut memiliki 7 sifat satrio di atas yang telah melebur di dalam dirinya.
- Lokasi yang dikatakan Lebak Cawéné oleh Prabu Siliwangi adalah juga Gunung Perahu menurut Joyoboyo, dan tempatnya di Semarang Tembayat seperti juga telah diungkapkan oleh Joyoboyo. Ditambahkan dengan gambaran spiritual menurut bapak Tri Budi Marhaen Darmawan di atas, maka tempat itu memiliki ciri-ciri terdapat 2 sumber air besar, 3 pohon beringin, dan keberadaan watu gilang. Diperkirakan tempat itu di pinggiran kota Semarang arah barat daya.