Agustus 09, 2009

Pria Itu Tiba Jumat Dini Hari


Senin, 10 Agustus 2009 | 03:02 WIB

Anggota Satuan Brigade Mobil Kepolisian Wilayah Kedu berjaga di sekitar rumah Muhjahri di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang telah ditutup dengan seng, Minggu (9/8). Penutupan dilakukan pascapenyergapan oleh pasukan tim antiteror guna melindungi barang bukti.

Temanggung, Kompas - Pria yang diduga Noordin M Top dan tewas tertembak di rumah Muhjahri (69) di Dusun Beji, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu, menginap di rumah itu sejak Jumat (7/8) dini hari.

Pria itu dititipkan Aris Susanto (31) dan berencana meninggalkan rumah Jumat sore. Aris dan adiknya, Indra Arif Hermawan (24), ditangkap tim khusus Kepolisian Negara RI pukul 16.00, atau 30 menit sebelum penyergapan di rumah Muhjahri. Keduanya diduga terlibat dalam jaringan terorisme Noordin M Top. Aris dan Indra adalah keponakan Muhjahri.

Istri Muhjahri, Endang Istianingsih (59), Minggu, mengatakan, berdasarkan penuturan suaminya, tamu laki-laki itu dititipkan Aris pada Jumat pukul 02.30. Endang saat itu masih terlelap tidur. Endang sempat membuatkan minum sekitar pukul 07.00. Dia sempat mengetuk pintu kamar tamu dan menyilakan tamu itu mengambil sendiri minuman yang disiapkan di luar kamar.

”Namun hingga saya dan suami ke sawah setelah shalat Jumat, saya tidak melihat tamu itu keluar kamar,” ujar Endang. Karena itu, dia pun tidak mengetahui jelas ciri-ciri tamunya.

Endang menyebutkan, sebelumnya Aris minta izin akan menitipkan tamu. Dia tidak menaruh curiga macam-macam karena tamu itu kenalan kerabatnya sendiri.

Saat di sawah, Muhjahri meminta izin untuk pulang terlebih dahulu untuk shalat. Tak berapa lama, Endang didatangi tetangga yang memintanya pulang. ”Begitu pulang, rumah sudah ramai dikepung polisi berseragam dan bersenjata. Saya takut,” katanya.

Sejak Jumat sore Endang tinggal di rumah Darsinah (61), adik Muhjahri, di Karangtejo, Kedu.

Endang tidak mengetahui keberadaan suaminya. Dia berharap Muhjahri segera dipulangkan. Rumahnya yang hancur karena tembakan peluru dan letusan bahan peledak juga dapat segera diperbaiki.

Sementara itu, istri Ibrahim, Sucihani, dan empat anaknya, hingga Minggu malam masih berada di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Mereka pun tak lagi dikawal polwan.

Kepala Desa Sampora Nur Rohidin, Minggu malam, sempat mengecek keluarga itu. Namun, rumah keluarga Sucihani dan ayahnya tertutup dan tidak ada aktivitas yang mencolok. Keluarga Sucihani juga masih tertutup kepada wartawan.

Ibrahim adalah penata bunga di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta. Keluarganya kehilangan kontak sejak ada ledakan bom di hotel itu Juli lalu.

Surat penangkapan

Di Temanggung, keluarga Aris dan Indra mempertanyakan surat penangkapan yang belum diberikan sejak mereka dibekuk di bengkel sepeda di jalan Kedu-Jumo, Jumat sore.

Rustiningrum (24), istri Indra, mengatakan, dia sedang di bengkel tempat Aris dan Indra bekerja saat polisi menangkap suami dan kakak iparnya. Keduanya lalu dibawa pergi dengan mobil. Indaryati (22), istri Aris, mengatakan hal serupa.

Utomo (61), ayah Aris dan Indra, pun berharap polisi memberikan kejelasan status anaknya.

Terkait penyergapan rumah yang ditinggali tersangka teroris di Perumahan Puri Nusa Phala, Jatiasih, Bekasi, pihak keluarga Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono kemarin mempertanyakan alasan polisi melarang mereka melihat jasad keduanya. Air dan Eko tertembak mati saat penyergapan polisi Sabtu dini hari.

Keluarga meminta agar segera membawa pulang jenazah setelah mereka dan polisi yakin dua jasad itu Air dan Eko sesuai bukti yang dibawa keluarga.

Menanggapi hal itu, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Nanan Soekarna, Minggu malam, menyatakan, pihak keluarga Air dan Eko tetap diakomodasi. Sudah disepakati hari Senin ini DNA keluarga akan diambil.

Agus Purwanto (ayah Air), Slamet Widodo (ayah Eko), serta kerabat dan dua pengacara mereka, Minggu, mendatangi Mabes Polri sambil membawa bukti identitas Eko dan Air, berupa ijazah, kartu keluarga, dan surat kuasa pengambilan jenazah.

Di RS Polri Sukanto Kramat Jati, Jakarta, wartawan dilarang mendekati ruang Instalasi Kedokteran Forensik, tempat mengotopsi tiga jenazah tersangka teroris. Polisi memasang garis kuning polisi sehingga tidak ada wartawan mendekati ruang itu.

Apresiasi

Keberhasilan Polri membongkar jaringan teroris di Temanggung dan Bekasi mendapat apresiasi dari beberapa kalangan. Ketua DPR Agung Laksono mengapresiasi kinerja kepolisian yang berhasil membongkar jaringan teroris Noordin M Top. Namun, dia mengingatkan perlunya upaya preventif mengatasi terorisme di Indonesia.

Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso juga mengucapkan selamat atas keberhasilan Polri.

”Mudah-mudahan hasil baik ini bisa terus dilanjutkan, dituntaskan. TNI senantiasa siap membantu melaksanakan langkah-langkah, baik itu pendeteksian, pencegahan, maupun penindakan,” ujar Djoko di sela-sela penyerahan medali dan hadiah kepada pemenang Lomba Lari 5K dan 10K HUT Ke-64 TNI, Minggu, di Monas, Jakarta.

Koordinator Kontras Usman Hamid pun memuji Polri. Namun, Polri tetap diingatkan tidak melakukan tindak kekerasan yang tidak perlu terhadap pelaku selama proses penyidikan dan penangkapan berlangsung. (EGI/HAN/NIT/ TRI/ARN/MAM/ATO)