
New York (Suaramedia) Presiden terpilih Barack Obama , sesudah peristiwa yang terjadi di Mumbai, menjadikan prioritas pembentukan Dewan Keamanan Nasional (NSC), yang diisi oleh tokoh-tokoh, yang mempunyai reputasi tinggi. Mereka yang dipilih memimpin NSC ini akan mengelola kebijakan dibidang keamanan luar negeri dan dalam.
Mereka akan berkoordinasi dengan Presiden Barack Obama, menghadapi tantangan dibidang keamanan, yang semakin memprihatinkan, khususnya sesudah peristiwa yang di Mumbai, India. Tokoh-tokoh, yang dipilih oleh Presiden Barack Obama, antara lain, yang akan menduduki Menteri Luar Negeri (Menlu) adalah Senator Demokrat, New York, Hallary Clinton, yang merupakan rival Obama. Menteri Pertahanan (Menhan) adalah Robert Gate, yang sekarang masih menjabat Menhan, dipemerintahan Presiden Goerge W.Bush.
Sedangkan, yang menduduki jabatan Kepala Keamanan Nasional (NSC) adalah Jenderal (Marinir) Jim Jone, mantan Panglima Nato, di Eropa. Sementara itu, Presiden Barack Obama, memilih Dennis C.Blair,yang menjabat Direktur Intelijen Nasional. Komposisi yang menduduki Dewan Keamanan Nasional, menggambarkan betapa, tim ini sangatlah kuat, karena didalam orang-orang yang memiliki kompentsi dibidang keamanan, pertahan, dan kebijakan luar negeri. Pilihan yang dilakukan Presiden Barack obama ini, merupakan pewujudan janjinya untuk membentuk suatu kebijakan dibidang keamanan, pertahanan dan luar negeri yang kokoh, khususnya mengantisipasi keamanan global.
Presiden Obama, seperti dalam pidato kampanyenya, yang lalu, menjadi masalah Asia Selatan, menjadi prioritas utama, dibidang keamanan dan luar di masa pemerintahan. Dalam konferensi persnya, sesudah peristiwa yang terjadi Mumbai, pemimpi baru Amerika ini, menegaskan prioritasnya bukan hanya menangani ancaman terorisme di Afghanistan, tapi di Pakistan. Obama menempatkan tim yang terdiri para pemikir yang ahli dibidang keamanan, pertahanan dan luar negeri, guna menangani krisis yang terjadi di kawasan Asia Selatan.
Pakistan menjadi perhatian utama, karena menurut para perancang kebijakan keamanan Amerika, yang baru, yang dibawah pemerintahan, pasca ‘perang’ di Mumbai ini, akan mengubah persepsi para pengambil dan penentu dibidang keamanan,pertahanan dan luar negeri Amerika. Karena, dari hasil interogasi yang dilakukan oleh fihak keamanan India, menunjukkan bahwa merek yang menyerang Mumbai berasal dari Pakistan (Karachi), yang masuk ke Mumbai melalui luat. Kegelisahan Washington terhadap perkembangan di Asia Selatan semakin meningkat bersamaan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.
Mekipun, pernyataan sejumlah pejabat India, yang menyatakan bahwa para penyerang Hotel Taj Mahal itu, berasal dari Pakistan, tapi Duta Besar Pakistan di Washington, Haqqani, menolak kejadian dikiatkan dengan kebijakan pemerintah Pakistan, yang dituduh ikut bertanggungjawab. “Pemerintah Pakistan tidak ada kaitannya dengan peristiwa itu”, ujar Haqqani. Wakil Pakistan di Amerika itu juga menolak peristiwa tidak ada kiatannya dengan militer, dan aparat manapun di Pakistan, tambahnya. Pemerintah Pakistan sendiri mengajak India melakukan koordinasi dibidang keamanan, guna menyelesaikan masalah-masalah keamanan yang ada di kawasan itu.
Namun, peristiwa yang terjadi di Mumbai, hanyalah ekses dari kebijakan India,terutama yang menyangkut Kashmir, yang terus melakukan tindakan yang otokratik, dan menggunakan tindakan yang sangat repressif dalam menghadapi aksi protes,yang menentang pendudukan yang dilakukan oleh India atas wilayah Kashmir.
Konflik yang terjadi di Kashmir dari waktu ke waktu yang tak kunjung usai, dan tanpa solusi, dan telah banyak memakan korban jiwa, khususnya bagi kaum muslim di kawasan itu, menimbulkan tindakan-tindakan perlawanan yang sangat keras. Apalagi, konflik ini sudah dipicu dengan isu agama, di mana mayoritas muslim Kashmir ditindas oleh penguasa Hindu, yang melakukan tindakan sewenang-wenang.
Sementara itu, ahli strategi dibidang keamanan dari Demokrat, Domno Brazille, menegaskan, tak ada yang disebut dengan transisi pemerintahan, manakala negara dalam bahaya dan ancaman, tegasnya. Kekacauan di kawasan Asia Selatan, tak lain buah tangan Amerika,yang terus melakukan tindakan yang sangat luar biasa.
Di mana Amerika bertindak sewenang-wenang, yang menggunakan kekuatan militernya di Afghanistan, menghadapi Taliban, dan menimbulkan korban sipil yang tidak sedikit. Menurut, berbagai sumber yang ada, tujuan kelompok yang menamakan Gerakan al-Taiba, yang menyerang Mumbai ingin menghancurkan pusat Yahudi, yang ada dikota itu, sebagai balas dendam atas tindakan Zionis Israel di Palestina.
Selain mengumumkan penunjukkan senator New York itu sebagai menteri luar negerinya, Obama juga akan mengumumkan tim keamanan nasionalnya dalam sebuah konferensi pers di Chicago. Untuk memuluskan langkah istrinya menuju jabatan baru sebagai menteri luar negeri, mantan presiden Bill Clinton sepakat untuk mengumumkan setiap nama kontributor yayasannya sejak yayasan itu didirikan pada tahun 1997.
Bill Clinton juga akan menolak donasi dari pemerintah asing untuk Clinton Global Initiative (CGI) dalam konferensi amal tahunannya selain menghentikan pertemuan CGI di luar negeri. Pengumpulan dana global dan kesepakatan bisnis Bill Clinton semula dikhawatirkan dapat menghalangi langkah istrinya menjadi menteri luar negeri.
Namun, dalam beberapa negosiasi dengan tim transisi Obama, Bill Clinton menyepakati beberapa langkah yang didesain untuk menciptakan transparansi terhadap tugas yang diemban pascajabatannya sebagai presiden AS. Sebelumnya, Bill Clinton menolak untuk menyebutkan identitas kontributor dana yayasannya dengan alasan bahwa para kontributor tersebut bersedia memberikan uang selama identitas mereka tak disebutkan.
Penunjukkan Hillary Clinton oleh Obama merupakan langkah itikad baik yang luar biasa setahun setelah keduanya sempat menjadi rival untuk memperebutkan nominasi dari Demokrat. Kegetiran persaingan itu sirna Juni lalu setelah Hillary mengakhiri kampanyenya dan mengarahkan dukungan ke Obama. (dari berbagai sumber)