Sekretariat DPR Seharusnya Tak Urusi Proyek
KRISTIANTO PURNOMO
Suasana rapat DPR
/
Rabu, 12 November 2008 | 11:19 WIB
JAKARTA, RABU--Salah satu poin krusial dalam pembahasan RUU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD adalah mengenai posisi Kesekretariatan Jenderal (Setjen) yang dinilai belum memberikan kontribusi besar bagi kinerja DPR.
Idealnya, Setjen DPR memberikan dukungan administratif dan keahlian secara memadai kepada anggota, misalnya membuat kajian-kajian untuk mendukung fungsi anggaran, pengawasan dan legislasi. Selain tiu juga melakukan pengolahan aspirasi publik, membuat database tentang hasil-hasil pengolahan aspirasi dan sebagainya.
Anggota Pansus RUU Susduk, Darul Siska memaparkan, sorotan negatif terhadap DPR tak bisa dilepaskan dari kerja yang dilakukan Setjen selama ini. Banyak pekerjaan pengadaan alat dan kelengkapan kompleks Senayan yang mengundang kontroversi, justru memberikan pandangan negatif terhadap dewan.
"Misalnya soal pengadaan laptop. Waktu itu disepakati pengadaan staf ahli dan laptop. Staf ahlinya tidak disetujui Depkeu, yang disetujui laptop. Mestinya, Setjen tidak mentenderkan laptop. Soal ini, yang tercoreng anggota DPR. Padahal itu kerjaan Setjen, DPR tidak ikut," kata Darul dalam diskusi RUU Susduk di Jakarta, Rabu (12/11).
Dari keseluruhan pegawai Setjen, ia memperkirakan hanya sekitar 20 persen yang memberikan sumbangan langsung pada kinerja DPR yaitu melakukan pengawasan, memberikan data-data yang dibutuhkan, dan membuat notulen rapat dewan. Selebihnya hanya melakukan pekerjaan administratif.
"Tugas utama Setjen seharusnya memberikan pelayanan, dukungan dan pengawasan," lanjut dia .Ke depannya, ia dan pansus tengah membahas bagaimana membuat fungsi Setjen lebih optimal. Salah satunya, melepaskan Setjen dari fungsi-fungsi pelayanan yang terkait dengan proyek-proyek pengadaan alat-alat penunjang di dewan.
Untuk tugas-tugas tersebut bisa dilakukan oleh sebuah badan yang akan dipikirkan kemudian. Sehingga, Setjen bisa fokus untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalismenya. "Reformasi di DPR tidak akan berhasil jika Setjennya tidak direformasi. Positif negatifnya citra dewan juga tergantung kerja Setjen," kata Wakil Ketua Fraksi Golkar ini.
Usulan pemisahan tugas-tugas teknis pemeiliharaan gedung perangkat dewan disetujui oleh mantan Sekjen DPR 1998-2002 Sri Sumaryati. Menurutnya, reformasi di tubuh Setjen harus dipikirkan lebih lanjut."Dukungan teknis, tentang pemeliharaan gedung seharusnya dibentuk lembaga sendiri. Jadi Sekjen nggak sibuk ngurusin pagar roboh, rumah dinas anggota dewan yang bocor. Saya sedih, dulu kalo ditelepon anggota DPR yang toiletnya rusaklah atau rumahnya yang bocor," ujar Sri.
---------------------------------------------
Makin Melorot, Minyak 58 Dollar AS
TPG IMAGES
Pemerintah Harus Buka Kilang Minyak Baru/KompasTV
Artikel Terkait:
* Minyak 59 Dollar AS, Terendah dalam 20 Bulan
* Rabobank Cermati Harga CPO
* Penarikan Minyak Tanah Bersubsidi Memberatkan
* Melorot Lagi, Minyak Balik ke Kisaran 60 Dollar AS
* Asumsi Harga BBM Pakai Keekonomian dan Subsidi
Rabu, 12 November 2008 | 11:04 WIB
SINGAPURA, RABU - Harga minyak dunia terus melemah di bawah 60 dollar AS di perdagangan Asia pada Rabu (12/11), setelah Inggris dan Uni Eropa (UE) menyerukan tindakan bersama mengatasi resesi yang mengancam ekonomi dunia.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, turun 38 sen menjadi 58,95 dollar AS per barrel. Penurunan ini menambah penurunan 3,08 dollar AS di New York Mercantile Exchange pada Selasa, ketika kontrak ditutup pada 59,33 dollar AS. Semula, kontrak berjangka New York terpukul ke posisi terendah 58,32 dollar AS, level terendah sejak 21 Maret 2007.
Sementara minyak mentah Brent North untuk pengiriman Desember jatuh lagi 11 sen menjadi 55,60 dollar AS per barrel setelah jatuh 3,37 dollar AS menjadi 55,71 dollar AS di London pada Selasa. Dalam perdagangan harian, bahkan sempat jatuh ke 54,92 dollar AS per barrel -- level terendah sejak 30 Januari 2007.
Harga minyak mentah telah berkurang sekitar 60 persen sejak mencapai rekor tertinggi dalam sejarah di atas 147 dollar AS pada Juli, karena memuncaknya keyakinan bahwa pelambatan ekonomi global akan mengurangi permintaan energi.
"Saya pikir situasi ekonomi, tidak hanya di AS tapi juga di Eropa, cepat memburuk dan masih perlu waktu untuk naik kembali," kata Ken Hasegawa, manager bidang energi perusahaan broker Newedge Japan di Tokyo.
Sementara dunia memerangi krisis kredit global, ia mengatakan secara keseluruhan kecenderungan harga minya melemah. "Sedikit orang yang berpikir mereka ingin membeli jika pasar di bawah 50 dollar AS per barrel," kata Hasegawa.
Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menyerukan untuk sebuah koordinasi global "stimulus fiscal" sementara laporan mengatakan pemerintahannya akan terus mengumumkan pengurangan pajak untuk mendorong perekonomian yang berada di ambang resesi.
Di Brussel, Kepala Urusan Ekonomi Uni Eropa Joaquin Almunia juga menyerukan langkah bersama, lima penasehat ekonomi pemerintah Jerman memproyeksikan ekonomi mereka, terbesar di Eropa, tidak akan tumbuh pada seluruh tahun depan.
"Fokus jangka pendek masih terhadap berlanjutnya pengurangan permintaan," kata analis Barclays Capital dalam catatan kepada para nasabahnya.
Di Amerika Serikat, saham-saham terus turun pada Selasa di tengah kecemasan jatuhnya raksasa otomotif General Motors, da berita-berita korporasi bermasalah, kata para analis.