Agustus 09, 2009

Ini ASEAN Baru

Di tengah ulang tahun ke-42 ASEAN, 8 Agustus 2009, kerja sama ASEAN memasuki tahapan berarti.

Dengan piagam yang berlaku sejak 15 Desember 2008, ASEAN menjadi organisasi regional dengan aturan main yang jelas (rule-based) serta terbentuk sebagai legal personality dengan moto one vision, one identity, one community. Ke depan, praktis ASEAN bergerak dengan wajah baru. Inilah ASEAN baru.

Kerja sama ASEAN baru disertai pembentukan Badan-badan Utama ASEAN, Committee of Permanent Representatives, penguatan peran Sekretaris Jenderal ASEAN (Sekretariat ASEAN), empat deputi sekretaris jenderal, serta cikal bakal terbentuknya badan HAM ASEAN (ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights) akan dilembagakan secara formal dalam KTT Ke-15 ASEAN di Thailand, 23-25 Oktober 2009.

Sepuluh negara anggota, 28 negara lain termasuk mitra wicara, telah menunjuk wakil setingkat duta besar yang diakreditasikan ke Sekretariat ASEAN, adalah pengakuan penting, tak hanya terhadap ASEAN, tetapi juga pada eksistensi Piagam ASEAN.

Semua kelengkapan itu dimaksudkan untuk membangun ASEAN yang lebih kuat dan solid menuju terbentuknya komunitas ASEAN 2015 dengan tiga pilar utamanya, yaitu politik dan keamanan, ekonomi pilar sosial, dan budaya. Diperlukan ASEAN baru yang lebih berorientasi pada masyarakat, yang pada gilirannya mampu menempatkan peran sentral ASEAN di tengah arsitektur peta kekuatan regional di kawasan.

ASEAN, sentra kendali

Mengapa ASEAN semakin relevan dan penting di tengah gejolak peta pergeseran kekuatan regional di kawasan ini?

Mengapa ASEAN diperlukan sebagai sentra kendali bagi masyarakat ASEAN, yang terbentang di 10 negara anggota yang tersebar dari ujung Myanmar hingga ufuk timur Indonesia, Merauke?

Bill Emmott, mantan editor harian The Economist, mengurai teori pergumulan kekuatan baru, rivalitas China, India, dan Jepang, yang akan mewarnai percaturan politik maupun perkembangan politik dan ekonomi di Asia, yang didefinisikan sebagai kumpulan negara yang secara geografis dikelilingi dua lautan besar tanpa batas yang jelas (Emmott, 2009).

Prediksi Bill Emmott, paling tidak, membenarkan bahwa Asia memang memberi peluang sekaligus tantangan besar untuk ditaklukkan. Di tengah Asia yang tanpa batas itu, ASEAN terasa semakin relevan dan penting; tak hanya sebagai identitas suatu komunitas, tetapi juga sebagai arsitektur kekuatan baru.

Abad interdependensi, di mana bola dunia bergulir, telah menempatkan ASEAN selama empat dasawarsa terakhir menjadi satu titik sentra kendali; kendali stabilitas dan keamanan regional; kendali kemajuan ekonomi regional dan kendali politik yang diakui dunia, bahwa ASEAN menjadi soko guru yang menjadi kekuatan besar untuk bertarung dan merebut peluang.

Masa depan ASEAN

Bagaimana ASEAN enam tahun ke depan?

Komunike bersama para menteri luar negeri ASEAN di Phuket, 20 Juli 2009, menyatakan, ASEAN akan berkiprah secara global dan turut berperan dalam dunia yang semakin terintegrasi, memperkuat peran Sekretariat ASEAN dan badan-badan yang diamanatkan Piagam ASEAN menjelang terwujudnya Komunitas ASEAN 2015.

Shared valued baru, ASEAN sebagai sentra kendali, adalah pilihan politik. Hard choices dalam buku Donald Emmerson mengungkap perlunya kelihaian ASEAN untuk mengurai tantangan internal secara nyata serta mengayunkan langkah ke luar, regionalisme baru ini, di tengah proses integrasi, keamanan, dan tuntutan demokrasi.

Uraian tantangan internal guna mewujudkan komunitas ASEAN telah ditulis dengan baik dalam cetak biru tiga pilar utama komunitas ASEAN. Tantangan besar ke depan adalah implementasinya. Di sinilah peran sentral dan leadership Indonesia untuk mengawal dan memperjuangkan implementasinya.

ASEAN yang prorakyat dan menjadi milik masyarakat, serta ASEAN yang memasyarakat adalah pesan masa kini dan satu dasawarsa ke depan. ASEAN baru harus mampu menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dan menciptakan peta kehidupan regional yang lebih baik, berkualitas, dan bermartabat.

Lingkar di dalam ASEAN yang semakin demokratis dan menghormati hak asasi manusia, dibarengi pergaulan ASEAN yang lebih luas dan diperhitungkan dunia, akan menjadikan ASEAN semakin relevan dan dibutuhkan keberadaannya. Terwujudnya tiga pilar komunitas ASEAN adalah tuntutan zaman, tak hanya bagi keberadaan organisasi ASEAN, lebih dari itu, menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang aman, mampu memberi harapan bagi rakyatnya, dan menjanjikan ruang kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Gambaran makro ASEAN dengan wajah baru ke depan—dengan tingkat pendalaman dan perluasan kerja sama dengan berbagai negara mitra wicara (AS, Uni Eropa, Australia, Selandia Baru. India, China, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia)—memberi optimisme bahwa kawasan mampu menciptakan peluang dan sekaligus mengubah tantangan menjadi peluang.

Indonesia sebagai salah satu pendiri ASEAN harus mampu mengawal dan menunjukkan kepemimpinannya dalam ASEAN dalam menyongsong terwujudnya komunitas ASEAN 2015. Ini menjadi kepentingan dan tugas bersama. Bukankah Mukadimah Piagam ASEAN dimulai dengan WE, The Peoples…..

Djauhari Oratmangun Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Departemen Luar Negeri RI; Pandangan Pribadi