27/08/08 16:11
Indonesia Bidik 10 Miliar Dolar AS dari Timteng
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mengharapkan capaian investasi senilai 10 miliar dolar AS dari investor kawasan Timur Tengah dalam berbagai proyek di dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Daerah (DPD) Irman Gusman yang menjadi ketua delegasi Indonesia dalam World Islamic Economic Forum 4th di Kuwait saat melaporkan hasil pertemuan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan Jakarta, Rabu.
"Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan kelima forum itu pada Februari 2009 mendatang. Saat para pemimpin dan kalangan bisnis datang kita menargetkan angka investasi mencapai 10 miliar dolar AS," katanya dalam konferensi pers usai pertemuan dengan Presiden.
Ia menjelaskan seiring dengan kenaikan harga minyak mentah, negara-negara di kawasan Timur Tengah memiliki uang untuk diinvestasikan hingga 9 trilun dolar AS.
"Kita harus memanfaatkan surplus dana yang ada untuk diinvestasikan disini. Mereka sebetulnya siap dan mau menanamkan modal hanya tinggal kita membenahi sistem pendukungnya," ujar Irman.
Sementara itu anggota delegasi Indonesia perwakilan dari pengusaha yang akan menjadi panitia penyelenggara, Tanri Abeng dalam kesempatan yang sama juga mengatakan, dalam penyelenggaraan forum yang keempat di Kuwait telah dirintis sejumlah usaha.
"Dalam penyelenggaraan forum yang sama di Jakarta pada Februari 2009 mendatang, kita mengharapkan selain adanya diskusi intelektual tentang masalah pangan dan energi, juga dapat sebagai peluang promosi," tegasnya.
Dijelaskan Tanri, kesepakatan investasi atas proyek-proyek yang sudah sejak lama dirintis, finalisasinya juga diharapkan dapat dilakukan pada forum tersebut.
"Untuk forum berikutnya yang berlangsung di Jakarta, Presiden mengharapkan topik yang dibicarakan adalah masalah energi dan pangan," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, selain Irman Gusman, hadir pula utusan khusus RI untuk Timur Tengah Irman Gusman dan pengusahan Tanri Abeng.
(*)
---------------------------------------------
18/08/08 18:12
Bin Laden Grup Investasi Rp14 Triliun Di Sultra
Kendari (ANTARA News) - Konsorsium pangan negara-negara Timur Tengah melalui Bin Laden Grup berencana menanamkan modalnya senilai Rp14 triliun di Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ketua Penasehat Gubernur Sultra Bidang Investasi dan Perdagangan, Prof. Dr. La Ode Masihu Kamaluddin di Kendari, Senin, mengatakan, nota kesepahaman antara Pemprov Sultra dengan Bin Laden Grup ditandatangani di Jakarta, 14 Agustus 2008 lalu.
Pemerintah Provinsi Sultra diwakili oleh Ketua Penasehat Gubernur Bidang Investasi dan Perdagangan, Masihu Kamaluddin, sedangkan Bin Laden Grup diwakili Ketua Konsorsium Pangan Timur Tengah, Hasan Mohammad Bin Laden.
Penandatangan nota kesepahaman dilakukan di Kantor Ketua Penasehat Presiden RI untuk Timur Tengah, Alwi Shihab.
Masihu Kamaluddin mengatakan, rencana pengembagan investasi ketahanan pangan di Sultra dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) dengan kebutuhan lahan sekitar seluas 160 ribu hektare untuk pengembangan tanaman padi asal Saudi Arabia bersama pembangunan infrastruktur pertanian.
"Yang sudah disepakati dalam kerjasama tersebut baru seluas 80 ribu hektare.Secara hukum telah terjadi ikatan antara Pemprov Sultra dengan Konsorsium Pangan Timur Tengah, oleh karena itu, mereka akan datang dengan membawa bibit, alat teknologi, uang dan manajemen," ujarnya.
Ia mengharapkan kepada instansi terkait di jajaran Pemprov Sultra agar segera mengidentifikasi lahan yang cocok karena paling lambat setelah bulan Suci Ramadhan, Bin Laden Grup sudah berada di Sultra untuk melakukan survei.
Menurut Masihu Kamaluddin, Bin Laden Grup merupakan salah satu konsorsium yang memberikan subsidi pangan kepada sejumlah negara teluk, antara lain Saudi Arabia, Qatar dan Bahrain.
Ia juga mengatakan, sejak tahun 2000 sampai 2006 harga pangan dunia naik sampai 75 persen yang disertai krisis pangan disinyalir karena pengaruh pemanasan global dan perubahan iklim yang menyebabkan negara-negara agroindustri terancam.
Negara-negara gurun pasir yang mengandalkan sejumlah negara berkembang sebagai lumbung pangan, seperti Pakistan, India, Banglades dan Thailand ikut terancam.
Oleh karena itu, kata dia, negara-negara di Timur Tengah memandang Indonesia tidak termasuk kategori negara krisis pangan. "Ini harapan dan tantangan yang harus dijawab oleh Indonesia," kata Masihu Kamaluddin yang juga mantan Staf Ahli Wapres, Hamzah Haz.
"Saat ini, negara-negara Timur Tengah memiliki kelebihan uang karena harga minyak dunia terus melonjak, namun di sektor pangan terancam. Konsorsium Pangan negara-negara Timur Tengah melirik Indonesia sebagai negara yang aman untuk lumbung pangan jangka panjang," katanya.(*)
-------------------------------------------------
22/08/08 22:14
Kebutuhan Investasi Air Di 34 Negara Asia 1.040 Miliar Dolar AS
Denpasar (ANTARA News) - Kebutuhan investasi untuk pengaturan distribusi dan sanitasi air di 34 negara Asia tahun 2007-2025, setiap tahunnya diprediksi mencapai 1.040 miliar dolar AS atau setara sekitar Rp9.360 triliun.
Padahal dana investasi yang ada untuk kebutuhan tersebut saat ini diperkirakan hanya berjumlah sekitar 580 miliar dolar AS atau setara Rp5.220 triliun, sehingga masih kekurangan 460 miliar dolar AS, setara dengan Rp4.140 triliun.
Hal itu disampaikan Herbert Oberhaensli, asisten wakil presiden Head Economics and International Relations, Nestle S.A, Swiss, pada seminar kepentingan strategis air di Asia (The Strategic Importance of Water in Asia) di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Seminar tersebut diselenggarakan yayasan politik pemerintah federal Jerman, Konrad Adenauer Stiftung (KAS) Asia yang berkedudukan di Singapura, diikuti 27 jurnalis dan pihak lain dari berbagai negara Asia, termasuk dari beberapa media dan LSM Indonesia.
Herbert Oberhaensli mengupas kebutuhan investasi distribusi air bagi pertanian dan menjaga tingkat higienitasnya tersebut dalam makalah tentang resiko kekurangan air dalam produksi pangan dan pertanian dalam perspektif makro (The Risks to Food Production and Agriculture from a Water Shortage in Asia. A Macro Perspective).
Ia menyeritakan bahwa tingkat kekeringan sungai-sungai besar di Asia pada musim kemarau, seperti Sungai Kuning di Cina dan Sungai Yamuna di India, setiap tahunnya semakin parah, sehingga menyulitkan pemenuhan kebutuhan pengairan sawah dan ladang.
Sebaliknya saat musim penghujan, sungai-sungai besar itu meluap luar biasa, menimbulkan banjir, merusak persawahan, ladang, pemukiman dan menimbulkan kerugian yang juga luar biasa besar.
Hal itu terjadi akibat rusaknya hutan, hilangnya daerah resapan dan minimnya keberhasilan melakukan penghutanan kembali daerah-daerah yang terlanjur menjadi gundul dan gersang.
Kekurangan air bagi irigasi pertanian tersebut, katanya, telah menyebabkan kesulitan pangan yang terus meluas di berbagai negara, sementara produksi pangan semakin langka dan harganya terus melonjak.
Menurut Herbert Oberhaensli, kelangkaan dan mahalnya pangan telah menyengsarakan banyak warga di berbagai negara, yang secara otomatis mendongkrak jumlah penduduk miskin di Asia.
Berdasarkan penelitian, katanya, kesulitan dan kekurangan ir yang berdampak luas pada kehidupan tersebut ternyata juga disebabkan penggunaan air secara tidak terukur dan tidak efisien untuk keperluan industri.
Oleh karena itu perlu dirancang manajemen pemanfaatan dan pengelolaan air antarnegara di Asia, dengan mewajibkan kalangan industri membeli air dengan harga yang tinggi. Dengan dikenakan tarif, diharapkan akan membuat industri efisien dalam penggunaan air.
Dana penjualan air untuk industri tersebut, kemudian dikembalikan untuk memperbaiki lingkungan secara berkelanjutan yang bertujuan mengembalikan daerah resapan, menghijaukan kawasan gundul dan tandus, guna memperbaiki sumber-sumber air dan mencegah banjir.
Sementara Dr Julie Kim dari organisasi non-provit (NGO) Global Water, menyoroti pentingnya menciptakan dan mengelola sumber-sumber air bersih di dunia.
Organisasi yang didirikan John Mcdonald, mantan duta besar Amerika Serikat untuk PBB dan Dr Peter Bourne, mantan asisten sekjen PBB itu, juga telah merintis pelatihan, bantuan teknologi hingga pembangunan sejumlah sumber air bersih.
Selain itu juga membangun percontohan pemanfaatan air melalui penampungan untuk cuci tangan di sekolah dan desa-desa, hingga membantu kebutuhan air bersih bagi korban tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam yang terjadi akhir tahun 2004.
"Melalui berbagai upaya itu, kami berharap kepedulian dalam pemanfaatan dan menjaga kebersihan air akan bisa terus meluas ke berbagai lapisan masyarakat di dunia," ucap Julie Kim dalam seminar yang dipandu Werner vom Busch, direktur program media KAS-Asia.(*)
COPYRIGHT © 2008
-----------------------------------------------------------------------------
23/07/08 21:17
Investasi Asing Tentukan Arah Ekonomi Nasional
Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Ma`ruf SE,MSi mengatakan meskipun investasi asing di Indonesia porsinya lebih sedikit namun menguasai wilayah strategis dan memiliki nilai investasi besar yang bisa menentukan arah ekonomi nasional.
"Keadaan itu, karena sebagian besar dari investor asing menanamkan modalnya di sektor strategis seperti energi dan komunikasi. Jadi,Penanaman Modal Asing (PMA) memang bisa menggerakkan ekonomi nasional meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah Penamaman Modal Dalam Negeri (PMDN),"katanya di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, investasi PMDN tampak lebih banyak jumlahnya karena yang dihitung termasuk sektor usaha masyarakat di daerah. Sedangkan PMA itu meskipun jumlahnya sedikit tapi nilai investasinya di sektor strategis sehingga dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah yang terkait dehgan perekonomian nasional.
Meskipun demikian, pemerintah lebih memperhatikan dan memfasilitasi investor domestik terutama untuk usaha skala menengah/kecil. Pemerintah lebih memprioritaskan PMDN karena jika terjadi sesuatu di negeri ini mereka tak akan lari artinya kapital mereka tetap dipertahankan, sehingga tidak perlu dikhawartirkan mereka akan mengalihkan investasinya keluar.
"Namun, berbeda dengan PMA jika terjadi sesuai di negeri ini mereka akan lari dan memindahkan investasinya ke luar Indonesia," katanya.(*)
-----------------------------------------------
28/08/08 12:32
Potensi Investasi RI Akan Dipaparkan di KTT Bisnis China-ASEAN
Beijing (ANTARA News) - Potensi investasi Indonesia akan dipaparkan dalam KTT Bisnis dan Investasi China-ASEAN ke-5 (5th CABIS) di Naning, Wilayah Otonomi Khusus Guangxi, China, pada 22 Oktober 2008.
"Dalam KTT tersebut akan dipaparkan sejumlah potensi investasi Indonesia dan negara-negara ASEAN serta China di depan para pengusaha kedua belah pihak," kata Wakil Pertama Gubernur Wilayah Otonomi Khusus Guangxi, Li Jinzao, kepada pers, di Beijing, Kamis.
Hal tersebut dikemukakan terkait dengan rencana penyelenggaraan "The 5th China-ASEAN Expo" (CAEXPO ke-5), yang akan berlangsung 22-25 Oktober 2008 di Naning, Wilayah Otonomi Khusus Guangxi, China.
Penyelenggaraan CABIS ke-5 dilaksanakan di sela penyelenggaraan CAEXPO yang akan diikuti ratusan perusahaan dari China dan ASEAN dan tahun ini merupakan penyelenggaraan ke lima.
Menurut Jinzao, pihaknya telah mengumpulkan sejumlah data terkini mengenai peluang investasi dan berbagai kebijakan terkait yang jumlahnya mencapai 200 proyek investasi di Indonesia, juga di Brunei, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.
Sejumlah proyek investasi yang akan dipaparkan, antara lain pembangunan infastruktur, industri permesinan, industri pembangkit listrik, sektor pertambangan serta metarulgi, industri berteknologi tinggi, serta industri kimia.
Dalam KTT tersebut, katanya, Departemen Perdagangan China bersama sejumlah menteri juga akan menandatangani sejumlah bantuan asing dari China dan kerjasama sejumlah proyek kerjasama ekonomi dengan ASEAN. Jinzao belum bersedia menjelaskan lebih rinci mengenai bentuk bantuan yang dimaksud.
Dikatakan pula, untuk meningkatkan kerjasama ekonomi China-ASEAN, pihaknya akan melanjutkan pembaharuan serta memperbaiki database lebih dari dua juta perusahaan China-ASEAN, disamping menyediakan layanan data selama 365 hari mengenai program promosi kerjasama ekonomi.
Mengenai penyelenggaraan CAEXPO ke-5, Jinzao mengatakan bahwa produk yang akan ditampilkan adalah produk yang memiliki potensi dan peluang besar untuk diperdagangkan diantara China-ASEAN.
Sejumlah produk yang akan ditampilkan antara lain produk elektronika dan listrik, barang-barang konsumsi, produk agro, makanan olahan, mebel, perhiasan dan batu berharga, minyak sawit, produk mineral, bahan bangunan, serta mesin-mesin alat berat. (*)
COPYRIGHT © 2008
---------------------------------------------------