September 10, 2008

Selamat Datang Bulan Pembawa Berkah

Oleh: DR KH A Hasyim Muzadi Ketua Umum PBNU

Umat Islam di seluruh dunia menyambut kehadiran Ramadhan dengan suka cita. Betapa tidak? Karena bulan inilah, bulan yang penuh rahmat, segala tobat akan diberikan ampunan, segala munajat do’a akan dikabulkan oleh Allah Swt. Maka, Umar Bin Khattab selalu menyambut datangnya Ramadhan dengan ucapan: ‘’Selamat datang bulan pembersih jiwa, karena dengan beningnya hati maka semuanya akan baik. Di siang hari berpuasa dan malam harinya qiyamul lail, bangun untuk melakukan ibadah. Bersedekah di bulan ini, sama dengan membelanjakan harta untuk jihad fisabilillah’’.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: ‘’Orang yang berpuasa di siang Ramadhan dan bangun di malamnya, atas dasar iman dan mengharap pahala, pasti Allah mengampuni dosa-dosanya terdahulu’’.

Dalam Hadits lain, yang sanadnya dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: ‘’Sungguh Ramadhan telah datang kepadamu, ia adalah bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa kepada mu, di dalamnya terbukalah pintu-pintu syurga dan tertutuplah pintu-pintu neraka, syaitan dibelenggu semuanya. Juga di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, suatu malam yang sangat berharga melebihi 1000 bulan nilai kebaikannya’’.

Menurut Malaikat Jibril, semua orang yang berpuasa akan mendapatkan rahmat dari Allah Swt dan Allah akan memaafkan semua kesalahannya, kecuali kepada empat kelompok orang. Mereka yang tak mendapat rahmat dan ampunan ini adalah (1) pecandu Narkoba, (2) durhaka atau berani kepada kedua orang tuanya, (3) pemutus silaturrahmi, (4) tidak menyapa (karena bertengkar) kepada kawan atau saudaranya lebih dari tiga hari.

Menjaga Keikhlasan
Puasa dalam pandangan Islam merupakan pusat latihan (training center) untuk melatih kita menjadi hambah yang mukhlis, umat yang menjaga keikhlasan dalam hati ketika beramal. Apakah seseorang berpuasa atau tidak, sulit diketahui, hanya Allah dan orang tersebut yang tahu bahwa ia sedang berpuasa. Bisa saja, seorang bilang sedang berpuasa, lalu dia diam-diam sebenarnya sudah makan dan minum di siang hari. Apalagi di kota besar seperti Jakarta ini, yang kehidupan manusianya sudah individualis, sudah kurang begitu peduli antara satu dengan yang lainnya. Meski bulan puasa, banyak warung atau restoran buka di siang hari.

Rasulullah SAW bersabda: ‘’Terkadang orang yang melakukan puasa tiada mendapat pahala dari puasanya, kecuali hanya lapar dan dahaga. Terkadang ada orang yang beribadah pada malam hari, tiada mendapat pahala, kecuali hanya sekadar jaga malam yang melelahkan. Ibadahnya sia-sia belaka, tidak mendapatkan pahala’’.

Mengapa orang ibadah kok sia-sia? Karena mereka melakukan ibadah itu tidak ikhlas karena Allah. Mereka melakukannya untuk mendapat sanjungan atau pujian dari manusia. Perbuatan seperti ini adalah termasuk perbuatan riya’ dan sum’ah, yaitu melakukan amal untuk mendapat pujian, sanjungan dari orang serta untuk mencapai popularitas.

Perbuatan riya’ adalah termasuk syirik kecil, yaitu menyekutukan Allah dengan manusia. Allah akan menolak ibadah yang dilakukan atas dasar riya’ dan sum’ah seperti itu. Dalam sebuah Hadits Rasulullah bersabda: ‘’Syirik kecil adalah sebuah penyakit yang sangat berbahaya bagi kalian’’. Lalu sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu ya Rasul’’. Rasul menjawab: ‘’Riya’, besok di Hari Kiamat, Allah akan menyuruh mereka mencari pahala amalnya, kepada siapa tujuan amal mereka itu’’. Firman Allah: ‘’Carilah manusia yang waktu hidup di dunia, kamu beramal tujuannya hanya untuk dipuji/disanjung oleh mereka, mintalah pahala kepada mereka itu’’.

Memperbaiki Bangsa
Carut marutnya kehidupan berbangsa di tanah air kita yang dari berbagai sisi masih menyedihkan dan memprihatinkan ini, antara lain karena dalam berbagai hal masih banyak kepalsuan-kepalsuan. Dalam kehidupan demokrasi dan politik misalnya, terutama saat Pemilu dan Pilkada, banyak janji-janji kosong disampaikan ke rakyat. Dalam janji-janji kampanye agar dicoblos, mereka semua seakan-akan menjadi pahlawan untuk mengangkat nasib orang kecil. Namun, setelah mereka berkuasa, ternyata muncul wajah aslinya, bahwa mereka sebenarnya tak punya kepedulian untuk membela rakyat kecil yang dhuafa itu.

Di negeri ini, sekarang sudah dihuni dan penuh sesak dengan orang-orang yang munafik dan fasik. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan hatinya. Mereka menyatakan akan membantu rakyat, namun faktanya mendlalimi rakyat. Mereka menyatakan ingin menegakkan keadilan, faktanya mereka justru bertindak sebagai tiran, menindas dan memeras rakyat atas nama hukum dan keadilan.


Lewat momentum puasa Ramadhan ini, marilah kita menyadari bahwa kepalsuan-kepalsuan itu harus kita tinggalkan. Kita harus bertaubat dan meluruskan kembali niat dan orientasi kita dalam berjuang membanguan bangsa dan negeri ini. Kalau tidak, dalam rumus Alquran orang yang sudah bertindak dlolim, fasiq dan munafiq yang berlebih-lebihan akan mendapatkan murka dari Allah. Allah akan mendatang musibah, baik siang maupun malam. Sudah banyak musibah yang menimpa negeri ini, lantaran para pemimpin dan rakyatnya tidak mau bertaubat. Mudah-mudahan kita selalu mendapat kekuatan, taufiq dan hidayah-Nya untuk memperbaiki negeri tercinta ini.

Wallahu’alam Bishshawab