![]() | |||||||||||||||||||||||||
JAKARTA: Situasi pasar keuangan domestik dan global boleh sedang sepi, tetapi realisasi pinjaman valuta asing oleh bank-bank dalam negeri justru tinggi, bahkan bila dibandingkan dengan tahun lalu yang dianggap paling kondusif. Hingga 8 September, perbankan Indonesia telah mencairkan pinjaman-kebanyakan sindikasi, bilateral, dan siaga-US$959 juta, 1,5 kali dari realisasi September 2007 sebesar US$634 juta. Utang itu dieksekusi oleh delapan bank swasta US$779 juta dan sisanya US$180 juta oleh bank pemerintah. Deputi Direktur Direktorat Internasional Bank Indonesia Dian Ediana Rae menjelaskan peningkatan utang valas bank saat ini mayoritas untuk kepentingan bisnis dan memanfaatkan kelebihan likuiditas bank campuran dari induk usahanya. "Jadi ketatnya likuiditas dalam negeri bukan pemicu meningkatnya pinjaman valas karena instrumen utang ini semuanya harus direncanakan dan disetujui dulu oleh bank sentral dalam rencana tahunan," jelasnya kepada Bisnis, kemarin. Dian menjelaskan pinjaman valas merupakan instrumen dana yang digunakan untuk memenuhi semua transaksi valas seperti untuk pembiayaan ekspor dan impor serta untuk kebutuhan transaksi valas lainnya. Menurut dia, bank tidak mudah untuk melakukan perpindahan ke likuiditas valas hanya untuk memenuhi kesulitan dana jika tanpa ekspektasi yang jelas dari sisi bisnis. "Memang tidak menutup kemungkinan ada beberapa bank yang memiliki kebutuhan likuiditas dengan menggali utang valas, tapi itu agak sulit," katanya. Berdasarkan data BI, dengan realisasi pinjaman valas yang nilainya setara dengan Rp8,92 triliun itu, secara persentase juga lebih besar dari tahun sebelumnya. Realisasi September 2007 hanya merupakan 38% dari jumlah yang diajukan US$1,67 miliar, sedangkan bulan ini telah mencapai 66% dari izin yang diajukan US$1,45 miliar. Sepanjang tahun lalu dari izin pinjaman valas yang diajukan US$2,61 miliar, hanya terealisasi kurang dari setengahnya (45%) yakni US$1,18 miliar. Pada 2006 dari persetujuan US$1,46 miliar, 90% di antaranya terlaksana. Wadirut Bank CIMB Niaga James Rompas mengatakan utang valas oleh setiap bank digunakan untuk pembiayaan ekspor dan impor dan nilai yang dapat digunakan tidak sebesar dana pihak ketiga. "Apabila digunakan untuk likuiditas itu bisa saja, tapi kan lebih baik dicari instrumen yang lebih long term seperti surat utang," tuturnya Bila merunut data BI, ada berbagai alasan bank dalam mengambil utang memperkuat likuiditas, membiayai bisnis baru, memenuhi permintaan kredit, hingga untuk tujuan pengelolaan neraca menghindari mismatch. Adapun bunga patokan yang dipakai sebagian besar adalah 10 basis poin hingga 200 basis poin di atas London interbank offered (Libor). (17) (redaksi@bisnis.co.id) Bisnis Indonesia |