JAKARTA - Adanya konspirasi tingkat tinggi dibalik kasus pembunuhan bos PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasrudin Zulkarnaen yang berbuntut ditetapkannya Ketua KPK Antasari Azhar sebagai tersangka, semakin terendus.
Hal itu dikemukakan pengamat masalah intelijen Wawan Purwanto di Jakarta, Selasa (19/5/2009).
Menurut Wawan, kasus itu telah melibatkan banyak pihak, sehingga kemungkinan ada konspirasi tingkat tinggi. Selain banyak pihak yang terlibat juga terlihat ada gerakan-gerakan tertutup dan terencana dengan baik dalam kasus pembunuhan itu sendiri. Sayangnya, kata Wawan, dalam penghilangan jejak kurang bagus sehingga kasus tersebut terkuak.
"Memang kejahatan tidak ada yang sempurna, pasti meninggalkan jejak. Pelakunya tidak teruji. Itu bahaya karena ada tindakan yang tidak dipikirkan yang dapat membongkar konspirasi tingkat tinggi," kata Wawan.
Dia menyarankan agar penyidikan kasus yang menggemparkan tersebut harus dipisahkan antara masalah pembunuhan dan kemungkinan konspirasi. Mengenai tudingan Antasari melakukan pelanggaran kode etik sesuai pasal 36 UU No 30/2002 tentang KPK, menurutnya belum tentu Antasari bersalah. Karena kode etik KPK itu sendiri tidak ada.
"Jadi tidak bisa dikatakan pelanggaran kode etik. Kalau kode etiknya baru dibuat juga tidak tepat ditujukan untuk kasus Antasari. Kode etik itu kan sifatnya tidak surut ke belakang," katanya.
Kalau dipaksakan Antasari melanggar kode etik, maka akan jadi blunder bagi anggota KPK lainnya. Sebab, Antasari akan buka-bukaan terhadap anggota KPK yang tidak tertutup kemungkinan juga melanggar kode etik. "Ini tidak perlu terjadi karena akan berdampak buruk terhadap KPK sendiri," ujarnya.
Sebelumnya, pengamat intelijen AC Manullang juga menilai serupa bahwa kasus Antasari sudah lama direncanakan pihak tertentu untuk merusak citra KPK. "Kasus ini tipis kemungkinannya karena cinta segitiga. Antasari sudah masuk perangkap, karena sudah lama direncanakan pihak tertentu untuk merusak citra KPK yang dipimpinnya," kata Manullang beberapa waktu lalu.
"Jadi, Rani Juliani itu saya nilai hanya merupakan umpan. Dan Antasari terperangkap dengan umpan tersebut, sehingga kasus itu bukan karena skandal asmara melainkan ada upaya perusakan citra, baik untuk SBY maupun KPK," ujarnya.(hri)