Juni 22, 2009

Iran Rusuh, 10 Orang Tewas

Iran Rusuh, 10 Orang Tewas
Senin, 22 Juni 2009 | 04:06 WIB

teheran, minggu - Protes menentang hasil pemilu presiden Iran kembali memakan korban.

Stasiun televisi milik Pemerintah Iran, Press TV, Minggu (21/6), melaporkan, sedikitnya 10 orang tewas dan 100 orang luka-luka saat terjadi bentrokan antara pemrotes dan polisi, Sabtu.

”Pada kerusuhan yang berujung bentrokan, 10 orang tewas dan 100 orang luka-luka. Kehadiran teroris dalam peristiwa di Alun-alun Enghelab dan Azadi sangat jelas,” sebut laporan televisi itu. Press TV juga melaporkan, dua stasiun pengisian bahan bakar, sebuah masjid, dan sebuah pos militer diserang pemrotes.

Pada Senin pekan lalu, tujuh orang pemrotes tewas dalam bentrokan serupa. Sementara pada akhir pekan lalu, dua orang tewas dan delapan orang luka-luka dalam serangan bom bunuh diri di makam pemimpin revolusi Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Ribuan pendukung kandidat presiden yang kalah, mantan Perdana Menteri Mir Hossein Mousavi, turun ke jalan hari Sabtu. Mereka mengabaikan seruan dan peringatan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk menghentikan protes. Aksi protes sepekan terakhir merupakan yang terbesar sejak Revolusi Islam tahun 1979.

Polisi menghadapi pemrotes dengan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan massa. Pihak kepolisian, seperti dikutip Press TV, membantah menggunakan peluru tajam untuk membubarkan pemrotes.

Sejumlah saksi menuturkan, mereka dipukuli oleh aparat keamanan dan milisi. ”Laki-laki dan perempuan dipukuli. Seluruh badan saya memar,” ujar seorang pemrotes, seperti dikutip kantor berita AFP.

Aparat keamanan terus menangkapi para aktivis reformis, pemimpin protes, dan wartawan. Salah satu yang ditangkap adalah putri mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, Faezeh Rafsanjani, yang ikut hadir dalam protes.

Tantangan

Mousavi melontarkan tantangan kepada Khamenei, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu. Dalam sebuah pernyataan di situs surat kabar miliknya, Kalameh, Mousavi memperingatkan bahwa jika rakyat tidak bisa mempertahankan hak secara damai, akan ada bahaya di masa mendatang.

Mousavi juga mengatakan, Iran harus dibersihkan dari kebohongan dan penyimpangan. ”Kami tidak menentang sistem Islami dan hukum-hukumnya, tetapi kami menentang kebohongan dan penyimpangan serta ingin mereformasinya,” ujar Mousavi. Dia tetap menuntut digelarnya pemilu ulang.

Karim Sadjadpour, analis pada Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan, aksi protes dan pernyataan Mousavi telah membuat garis merah sakral di Iran menemui tantangan.

Lebih jauh, kantor berita Fars melaporkan, koresponden stasiun televisi BBC, Jon Leyne, diperintahkan meninggalkan Iran dalam 24 jam. Dia dituding menyiarkan berita yang dibuat-buat, mengabaikan netralitas, mendukung pemrotes, dan melangkahi hak bangsa Iran. (ap/afp/reuters/bbc/fro)