Semua Diterpa Kampanye Negatif
Senin, 22 Juni 2009 | 03:10 WIB
Jakarta, Kompas - Semua tim kampanye calon presiden dan calon wakil presiden mengakui, calon yang mereka usung diterpa kampanye hitam. Namun, kampanye negatif itu tidak memengaruhi keterpilihan calonnya.
Demikian benang merah yang dapat ditarik dari percakapan dengan Yuddy Chrisnandi dari Tim Kampanye M Jusuf Kalla (JK)- Wiranto, Ketua Tim Kampanye Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, Hatta Rajasa, dan Sekretaris Umum Tim Kampanye Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto, Fadli Zon, secara terpisah di Jakarta.
Yuddy, Minggu (21/6), menilai kampanye negatif yang selama ini diembuskan pihak tertentu belum serius membahayakan kampanye dan pencitraan pasangan JK-Wiranto. Karena itu, mereka tak pernah menanggapi.
”Sampai tingkat hukum, hingga saat ini belum pernah. Masih banyak hal positif yang bisa diangkat dari hasil kerja dan potensi JK yang bisa disampaikan,” kata Yuddy. JK-Wiranto juga masih memegang etika untuk tidak membalas tuduhan yang tak benar melalui kampanye gelap itu.
Yuddy mengakui, selama ini kampanye negatif yang dituduhkan kepada pasangan JK-Wiranto adalah terkait bisnis keluarga, soal SDM atau Semua dari Makassar, dan lumpur Lapindo. ”Namun, kampanye negatif seperti itu sekarang sudah mereda karena memang tidak benar dan tidak ada faktanya,” paparnya.
Yuddy mengatakan, kampanye negatif datang dengan berbagai cara, antara lain melalui layanan pesan singkat (SMS), selebaran, surat elektronik, atau di situs internet.
”Kami pasti akan memberikan penjelasan atas tuduhan seperti itu dengan cara yang sama. Misalnya, jika datang dari SMS, kami akan jelaskan dengan SMS pula,” tutur Yuddy lagi.
Banyak diterpa
Hatta Rajasa menilai SBY-Boediono yang didukung 24 partai politik banyak diterpa kampanye negatif. Isu yang dirasakan sebagai kampanye hitam terhadap pasangan ini antara lain penilaian bahwa Boediono mendorong neoliberalisme.
”Boediono juga dikatakan nonMuslim, atau Partai Keadilan Sejahtera disebut-sebut akan dirikan negara Islam, sampai partai tertentu mendapat jatah posisi menteri tertentu,” ujarnya.
Hatta mengatakan pula, Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono berusaha mendesain kampanye yang berfokus pada penyampaian visi, misi, dan program aksi calon presiden-wakil presiden sesuai koridor yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum.
”Sayangnya, kita agak kurang masuk dalam perdebatan konsep Indonesia ke depan. Banyak yang lebih tertarik pada isu neolib dan kurang tertarik pada misi-visi. Energi kami akhirnya terkuras untuk menjawab hal-hal seperti itu,” ujarnya.
Meski begitu, pelurusan isu menjadi strategi utama tim kampanye SBY-Boediono menghadapi kampanye negatif. SBY saat mengonsolidasikan koalisi parpol pendukungnya, Mei lalu, menegaskan hal itu. Penjelasan atas duduk perkara yang diisukan dipandang penting untuk dilakukan terus-menerus.
Mesin partai juga dipastikan bergerak sampai ke tingkat desa. Selain meluruskan isu, dijelaskan pula kepada masyarakat rekam jejak capres-cawapres selama ini.
Hatta meyakini pelurusan isu yang dilakukan Koalisi Demokrat tidak akan berubah menjadi serangan balik bagi lawan politiknya. ”Yang ada defence. Ada serangan kami jelaskan. Tidak berarti menjawab dengan serangan baru,” katanya.
Walau merasa menjadi korban kampanye hitam, Hatta meyakini dampak kampanye hitam itu pada elektabilitas SBY tidak signifikan. Hasil survei dan jajak pendapat dinilai mencerminkan hal itu. ”Pengaruh black campaign ini tidak banyak, tecermin pada polling, di stasiun TV misalnya. SBY tetap selalu di atas 60 persen, bahkan mendekati 70 persen. Itu tak ada rekayasa, tak ada yang bayar,” ujarnya lagi.
Sangat dirugikan
Sebaliknya, Fadli Zon mengakui pasangan Megawati-Prabowo sangat dirugikan dengan berbagai bentuk kampanye negatif, yang dilancarkan kubu lawan selama ini, terutama dalam bentuk serangan terhadap pribadi, terutama diarahkan pada Prabowo.
Tuduhan itu antara lain mempertanyakan keberadaan kuda peliharaan Prabowo, dugaan kewarganegaraan ganda, dan dugaan pelanggaran hak asasi manusia. ”Sejumlah serangan terhadap personal itu sebenarnya isu daur ulang dan pesanan pihak tertentu,” ujarnya.
Menurut Fadli, pihaknya selama ini berupaya tidak pernah menyerang pribadi lawan dalam kampanye mereka. Tim kampanye Megawati-Prabowo hanya memfokuskan diri menyoroti berbagai kesalahan kebijakan dan produk aturan pemerintahan yang lalu.
Fadli juga menambahkan, serangan yang dilakukan terhadap personal itu dilakukan sistematis oleh kubu lawan dengan memanfaatkan pihak lain, termasuk pula media massa tertentu. ”Setiap kali ada isu yang menyerang personal, kami sesegera mungkin menetralisir dan mengklarifikasi,” katanya. (HAR/DAY/DWA)