JAKARTA: Data inflasi Agustus Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperkirakan sesuai dengan ekspektasi di bawah 1% (bulanan) membuat pelaku pasar kian optimistis menempatkan portofolionya di saham-saham unggulan.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pekan ini berpotensi melanjutkan penguatan, menyusul ekspektasi kenaikan harga CPO dan minyak mentah dunia.
"Sentimen inflasi akan memengaruhi pemodal. Jika inflasi ternyata terlalu tinggi, pasar akan sedikit tertekan," tutur Broker PT Kapitalindo Utama Tio Deddy pada akhir pekan lalu.
Namun, dia menduga inflasi sesuai dengan ekspektasi pasar sejalan dengan pernyataan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati yang mengatakan suplai beras dan sembako tercukupi, sehingga harga makanan diperkirakan naik dengan laju lebih rendah.
Situasi positif tersebut terlihat dari optimisme investor asing sepanjang pekan lalu yang memasuki pasar pada 30 menit terakhir perdagangan. Indeks menguat 21,095 poin (0,98%) menjadi 2.165,94 hanya dalam 30 menit.
Pada menit terakhir perdagangan itu, pemodal asing membukukan pembelian bersih Rp450 miliar.
Bursa Asia juga berada di tren positif, dengan kenaikan indeks Morgan Stanley Capital (MSCI) Asia Pasifik 3% menjadi 125,3. Kenaikan itu mengikuti pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3,3%, melampaui estimasi ekonom sebesar 2,7%.
Turun 21%
Indeks Asia Pasifik itu menurun 21% sepanjang tahun ini karena kenaikan harga minyak mentah dunia menggerus konsumsi dunia dan laba perseroan. Di sisi lain, kerugian akibat krisis subprime mortgage loan mencapai US$500 miliar.
Tio menilai saham emiten pertambangan seperti PT Bumi Resources Tbk berpotensi menguat dalam jangka menengah. Di sisi lain, saham berfundamental kuat seperti PT Jasa Marga Tbk pun berpotensi naik karena kinerjanya yang positif.
Harga minyak mentah yang menjadi cermin pergerakan harga saham emiten tambang diduga terus menguat, dipicu kekhawatiran badai Gustav yang menyerang Teluk Mexico akan membuat pasokan minyak terhambat. Pekan lalu, harga energi dunia ini ditutup ke level US$115,46 per barel.
Di sisi lain, harga minyak sawit mentah CPO yang terkoreksi 14% sepanjang tahun ini diperkirakan mengundang aksi beli besar-besaran, sehingga harga CPO bangkit (rebound).
Pekan lalu, harga CPO untuk pengiriman November naik 6,1% menjadi RM2.620 (US$772) per ton. Harga komoditas tersebut jatuh 3,5% sepanjang pekan setelah sempat menyentuh RM4.486 pada 4 Maret.
Analis Macquarie Securities Sunaina Dhanuka mengatakan harga CPO kini terhitung US$470 lebih murah per metrik tonnya, dibandingkan dengan harga minyak kedelai. (arif.gunawan@bisnis.co.id)
Oleh Arif Gunawan S.
Bisnis Indonesia