Agustus 06, 2009

Ahmadinejad Dilantik



Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad (kanan) melambaikan tangan saat tiba bersama Ketua Peradilan Iran Mahmoud Hashemi Shahrudi (tengah) dan Ketua Dewan Garda Iran Ahmad Janati (kiri) untuk melangsungkan upacara pengambilan sumpah kepresidenan, di depan Parlemen Iran di Teheran, Rabu (5/8).

Ahmadinejad Dilantik

Kamis, 6 Agustus 2009 | 03:49 WIB

Teheran, Rabu - Mahmoud Ahmadinejad, Rabu (5/8), diambil sumpahnya untuk masa jabatan presiden kedua di hadapan beberapa duta besar dari negara Barat. Di jalan-jalan kota Teheran, sejumlah massa melakukan aksi demo menentang pelantikan presiden Iran tersebut.

Dalam pidato pelantikannya sebagai presiden, Ahmadinejad berbicara dengan nada yang lebih lunak dan menekankan rencananya untuk meningkatkan ekonomi Iran yang saat ini jatuh.

Dia menuntut Iran ditempatkan sejajar dengan negara-negara adidaya dunia lainnya, menolak campur tangan asing, dan menegaskan bahwa pemerintahan- pemerintahan lain harus dimintai pertanggungjawaban atas aksi-aksi mereka.

”Kita harus memainkan peran penting dalam manajemen dunia. Kita tidak akan diam saja. Kita tidak akan menoleransi ketidakhormatan, campur tangan, dan penghinaan,” kata Ahmadinejad sambil menegaskan dirinya tidak akan berhenti menjaga seluruh wilayah Iran.

Di lapangan Baharestan, dekat gedung parlemen, pasukan keamanan menggunakan pentungan dan gas air mata untuk membubarkan ratusan pemrotes yang menentang pelantikan itu.

Pasukan berkekuatan sekitar 1.000 orang, terdiri dari polisi dan anggota milisi sukarela Basij, membubarkan pemrotes yang berkumpul di lapangan tersebut.

”Kehadiran pasukan keamanan dan para milisi sangat menakutkan,” kata seorang saksi sambil menambahkan bahwa beberapa pemrotes ditangkap dan dibawa pergi oleh polisi

Dua stasiun bus dalam kota dekat parlemen juga ditutup.

Sekadar lewat

Ahmadinejad dalam pidatonya mengatakan, krisis terkait pemilihan umum lalu hanya sekadar lewat. Dia tidak menyebut langsung kelompok oposisi ataupun aksi protes besar dan pertikaian yang terjadi sejak pemungutan suara 12 Juni lalu.

Ahmadinejad juga menegaskan, rakyat Iran adalah pemenang sesungguhnya dari pemilu lalu dan musuh-musuh asing menaburkan ”banyak debu” yang menutupi pemilu itu. ”Mereka memunculkan banyak pertanyaan atas (pemilu) itu dan berusaha menggambarkan sebuah masa depan yang gelap,” katanya.

Sebagai peringatan terhadap para pendemo, dia mengatakan pemerintahnya akan ”melawan semua bentuk pelanggaran hukum dan campur tangan”. Akan tetapi, di sisi lain dia juga mengajak semua pihak bersatu.

”Kita harus menyatukan tangan karena kita akan bergerak maju untuk mencapai cita-cita kita,” papar Ahmadinejad.

Presiden Iran itu mengungkapkan, beberapa negara Barat, AS di antaranya, tidak memberikan selamat kepadanya atas kemenangan dia.

”Beberapa negara tidak mengakui pemilu itu atau memberikan ucapan selamat. Mereka tidak menghormati hak-hak negara lain, padahal mereka mengaku dirinya sebagai tonggak bagi demokrasi,” ujar Ahmadinejad sambil menambahkan bahwa tidak satu pun di Iran menunggu pesan-pesan mereka.

Pemerintah Inggris memutuskan mengirim duta besarnya ke upacara pelantikan presiden Iran itu, meski hubungan kedua negara agak tegang belakangan ini.

Setelah pemilu yang disengketakan itu, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyalahkan adidaya-adidaya Barat telah turut campur dalam politik Iran, bahkan secara khusus menyebut Inggris yang paling ”kasar”. Sebagai respons atas pernyataan itu, Duta Besar Iran untuk London dipanggil ke Kementerian Luar Negeri dan Inggris menegaskan bahwa pernyataan pemimpin tertinggi Iran itu tidak bisa diterima.

Meski demikian, Kemenlu Inggris membenarkan bahwa Wakil Dubes Patrick Davies menghadiri pemberian restu kepada Ahmadinejad oleh Khamenei, Senin, dan Duta Besar Simon Gass menghadiri pelantikan Ahmadinejad, Rabu.

Juru bicara Kemenlu Inggris mengatakan, Inggris memutuskan tidak memberikan ucapan selamat sebagaimana biasanya. (AP/AFP/Reuters/OKI)