Agustus 25, 2008

Busang, Kroni Soeharto, dan Skandal Abad Ini

Investigation:
"CINDERELLA", itulah julukan yang diberikan kalangan industri pertambangan untuk Bre-X. Perusahaan gurem yang tak terkenal ini mendadak melesat ke jajaran elite pertambangan dunia lantaran "menemukan" tambang emas Busangyang sempat diyakini memiliki kandungan emas terbesar di dunia, tapi ternyata pepesan kosong belaka. Inilah skandal yang lebih banyak dibicarakan di luar negeri ketimbang di Indonesia sendiri. Meski jumlah emasnya ternyata tak seberapa, Busang sempat menjadi rebutan seru yang melibatkan raksasa internasional sampai perusahaan anak dan kroni Soeharto. Tim Investigasi TEMPO merangkum bahan-bahan dari beberapa buku, melengkapinya dengan riset media internasional via internet, dan mengonfirmasikan perkembangan terakhir kepada pihak yang relevan.
Dua orang bertopeng masuk ke sebuah rumah mewah di Nassau, Kepulauan Bahama, suatu malam di musim semi tahun ini. Mereka menerobos kamar tidur, membangunkan tuan rumah, mengikat tangannya, dan menodongkan senjata ke kepalanya.

Tak ada yang dirampok. Sang "ninja" hanya mengancam David Walsh, mantan presiden komisaris dan direktur utama Bre-X Minerals Ltd. "Dua orang itu menuntut uangnya kembali," kata Jannette, istri David. "Atau mereka akan membunuhnya." Ternyata, dua manusia bertopeng itu benar-benar membunuhnyasecara tidak langsung. David meninggal tiga pekan kemudian, pada Juni lalu. Karena serangan otak.

Cerita itu diungkap koran nasional Kanada The Globe and Mail edisi 10 November lalu, hanya sepekan setelah koran The Philippine Daily Inquirer, di seberang Lautan Pasifik, menurunkan artikel tentang sebuah kematian lain: "Bunuh Diri atau Dibunuh? Kematian si Ahli Geologi Masih Misterius".

Ahli geologi yang dimaksud adalah Michael de Guzman. Penerobos hutan dan pemburu emas asal Filipina itu membuat kegemparan besar pada awal 1997. Dalam perjalanan menuju Busang, Kalimantan Timur, De Guzman terjun dari helikopter Alouette 3 yang ditumpanginya.

Dua kematian belum cukup

De Guzman adalah salah satu penemu tambang milik Bre-X itu"temuan deposit emas terbesar dalam sejarah umat manusia". Berita kematiannya, dan pengungkapan fakta sepekan kemudian bahwa Busang ternyata hanya pepesan kosong, menimbulkan riak gelombang besar ke pasar-pasar saham Kanada dan Amerika Serikat.

Saham Bre-X yang terdaftar di Toronto, Montreal, Alberta, dan NASDAQ rontok di tengah kepanikan para pemiliknya. Sistem komputer di Lantai Bursa Toronto crash akibat terlalu banyak orang yang berniat menjual sahamnya. Dan hanya dalam tempo setengah jam, saham Bre-X terjun bebas, kehilangan 85 persen nilainya atau sekitar US$ 4,5 miliar.

Seperti di California seabad lalu, banyak orang Kanada terhipnotis "demam emas" Busang. Mereka berharap kaya seketikatanpa harus mengarungi Pasifik, membawa cangkul dan sekop ke pedalaman Kalimantan yang penuh ular, babi hutan, dan nyamuk ganas. Mereka berlomba membeli saham Bre-X, membuat nilainya terus meroket, naik 1.100 persen dalam tempo empat bulan, dan tak mengherankan menjadikannya salah satu saham unggulan di Bursa Toronto.

Lawrence Beadle, penduduk Kota New Westminster, Provinsi British Columbia, adalah salah satunya. Dia membeli saham Bre-X senilai US$ 3 jutasebagian dari uang pinjamanuntuk bekal pensiunnya dari praktek sebagai pengacara kriminal. Dua pekan setelah De Guzman terjun 250 meter dari langit, Beadle meraih pistol dari laci dan menghunjamkan satu peluru ke kepalanya sendiri. Tewas seketika.

Investor lain yang jatuh miskin meledak dalam amarah. Mereka mengirimkan ancaman bom ke kantor-kantor Bre-X, meski akhirnya itu terbukti hanya ancaman.

Skandal Busang memiliki semua unsur drama yang hanya bisa disaingi oleh film rekaan Hollywood atau novel John Grisham. Media massa internasional layak menyebutnya sebagai "Skandal Terbesar Abad Ini". Kematian misterius di tengah hutan; pria bertopeng, pistol; teknik penipuan yang sangat rapi dan ilmiah; serta begitu banyak uang yang dipertaruhkan. Tidak hanya itu. Busang adalah juga kisah tentang ketamakan, pengkhianatan, dan patgulipat yang melibatkan orang-orang di tempat tinggi serta bereputasi internasional.

Akhir tahun lalu, sebuah tim penyidik independen swasta menyimpulkan kasus ini sebagai semata penipuan oleh para ahli eksplorasi di Busang, dengan De Guzman sebagai pusatnya. David Walsh, meski sempat memperoleh keuntungan besar-besaran dari naiknya saham Bre-X, dinilai bersih dari keterlibatan dalam persekongkolan.

De Guzman dan kawan-kawan, menurut laporan itu, menyuntikkan butiran emas ke dalam sampel hasil pengeboran yang membuat laboratorium independen pengujinya menyimpulkan kandungan emas Busang sangat fantastis. Mereka punya motif: mencegah Busang ditutup dan mereka kehilangan lahan pekerjaan. Mereka didorong menipu terus-menerus karena tekanan gairah terhadap saham Bre-X yang terus meroket. Baik De Guzman maupun teman-teman Filipinanya, menurut laporan itu, juga diuntungkan oleh penjualan saham.

Para penyidik juga disebut telah mewawancarai pendulang tradisional yang mengaku menjual butiran emas senilai US$ 20.000 kepada De Guzman. Namun, tetap mencengangkan bahwa dua lusin ahli geologi yang pernah dikirim oleh lembaga-lembaga keuangan terkemuka Amerika Utara ke Busang tak menandai "kesalahan prosedur eksplorasi" itu. Dan meski semula tidak dikenal, bukankah Busang menjadi sorotan dunia sebagai industri tambang yang eksotisyang sempat menarik minat raksasa pertambangan seperti Barrick dan Placer Dome?

Akuratkah laporan itu? Penyidikan independen itu memang didanai oleh Bre-X. Namun, hal itu dilakukan oleh sebuah tim pimpinan Doug Hunt (pengacara berwibawa dari Toronto) dan Rod Stamler (mantan detektif kepolisian Kanada)keduanya dikenal memiliki reputasi serta integritas bagus di bidangnya.

Sayangnya, De Guzman sendiri sudah tak bisa dikorek kesaksian atau pembelaannya. Demikian pula David Walsh. Akan halnya John Felderhof, mentor De Guzman, dia sudah ngumpet di Kepulauan Cayman menjelang skandal terungkap, tak bisa dicapai karena ketiadaan perjanjian ekstradisi.

Bagaimana penyidikan di Indonesia? Brigjen (Pol.) Ahwil Luthan, nama penyidik yang banyak dikutip media asing kala itu, tak bersedia menjawab pertanyaan TEMPO. Kini dia menjabat gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Direktur Serse Ekonomi Polri, Kolonel Made M. Pastika, menyatakan kasus Busang itu "belum ditutup" melainkan "masing digantung" (suspended). "Kami lebih banyak hanya membantu kepolisian Kanada, dan kami kini tengah menunggu kepastian dari sana," katanya.

Skandal Busang terbukti menjadi lahan kejahatan sempurna: para korban (investor yang jatuh miskin) di satu yurisdiksi, sementara para tersangkanya telah mati atau berada di tempat yang tak terjangkau hukum.

Buku-buku hasil investigasi para wartawan KanadaDiane Francis (Bre-X: The Inside Story), Douglas Goold dan Andrew Willis (The Bre-X Fraud), dan Brian Hutchinson (Fools Gold: The Making of a Global Market Fraud)tidak menemukan kepastian tentang misteri De Guzman. Dengan polisi, militer, serta pemerintahannya yang korup, tulis Francis dalam bukunya, misteri tentang kemungkinan De Guzman dibunuh, dan oleh siapa, lebih sulit diudari.

Sebaliknya, para penulis itu memaparkan secara rinci lika-liku perebutan Busang yang membuat nama Indonesia menjadi lebih terkenal di Baratdalam maknanya yang buruk.

Satu bulan sebelum De Guzman tewas, pemerintah Indonesia mengumumkan "jalan keluar" dari sengketa dan kontroversi yang panjang serta memalukan menyangkut Busang. Dalam konteks sekarang, penyelesaian itu tak kalah memalukan dan justru menunjukkan satu saja contoh bagaimana Keluarga Cendana dan para kroninya menjarah kekayaan negeri ini. (lihat: Mengerat Busang di Tapos)

Semua gara-gara emas. Di masa lalu, perburuan emas telah memicu perang dan penjajahan. Dan "si kuning kemilau" belum berhenti merangsang nafsu tamak dan kejahatan. "Emas," tulis Mark Twain bertahun lalu, "adalah terowongon di bawah tanah dengan para penipu berkerumun di atasnya."